KABUPATEN CIREBON — Bupati Cirebon, Drs. H. Imron, M.Ag membuka acara Festival Hasil Belajar Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Cirebon di SMAN 1 Sumber, Sabtu (27/4/2024).

Imron mengatakan, pendidikan menjadi paradigma yang harus berfokus kepada pembelajaran murid. Dirinya menginginkan pemimpin-pemimpin pendidikan adalah pendidik yang memandang anak dengan rasa hormat, yang
menomorsatukan murid.

“Dalam setiap keputusannya, baik sebagai kepala sekolah, pengawas sekolah atau bentuk kepemimpinan pendidikan lainnya melalui program pendidikan guru penggerak, nantinya akan melahirkan generasi baru kepemimpinan pendidikan di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Cirebon,” ujarnya.

Ia menjelaskan, guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan menggerakan seluruh ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berpusat pada murid.

“Guru penggerak adalah katalis peningkatan kualitas proses pendidikan di sekolah, yang akan menggerakkan seluruh ekosistem sekolah untuk mendukung proses dan hasil belajar murid. Tidak hanya dimaknai dengan nilai-nilai, tetapi juga pada karakter dan sikap murid yang tertuang dalam profil pelajar Pancasila,” lanjutnya.

Ketika melihat murid, masih kata Imron, maka yang dilihat adalah pemimpin-pemimpin yang mendorong pendidikan yang holistik, jika kita meminjam bahasa dari Ki Hajar Dewantara.

“Harus seimbang, antara olah cipta/kognitif, olah rasa/afektif, olah karsa/kemauan, dan olahraga, fisiknya juga harus baik. Sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar sekolah,” jelas Imron.

“Selain itu, berpotensi menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa nyaman, aman, yang bahagia peserta didiknya ketika berada di lingkungan sekolahnya masing-masing,” tambahnya.

Imron menyebut, ada dua hal tentang guru penggerak. Pertama tentang hubungan pendidikan dan kebudayaan, dan yang kedua tentang merdeka belajar.

Menurutnya, pekerjaan di bidang pendidikan bukanlah sekedar untuk membahas kurikulum, atau hasil belajar, atau sekedar mengajar mata pelajaran.

Namun, yang kita lakukan bersama-sama adalah sebenarnya melahirkan masa depan, melahirkan generasi baru yang akan menjawab panggilan dan tantangan zaman, baik zaman sekarang maupun masa depan.

“Pekerjaan di bidang pendidikan ini adalah sebuah upaya untuk membangun peradaban. Inilah yang dinamakan hubungan antara pendidikan dan kebudayaan, yang menjadi filosofi yang sangat kuat untuk mengikuti pendidikan guru penggerak ini,” imbuhnya.

Ia meyakini semua proses yang dilalui para guru penggerak saat mengikuti seleksi, tentunya sangat tidak mudah dan penuh perjuangan. Mulai dari menyiapkan dokumen administrasi, menuangkan pengalaman dalam bentuk essay, sampai simulasi mengajar dan wawancara.

“Kami berharap, apa yang bapak ibu dapatkan dari program ini, bisa diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari menjadi agen perubahan yang bisa mempengaruhi kepada teman-teman guru dan komponen pendidikan yang ada di sekolah masing-masing,” katanya.

Selain itu, kata Imron, program pendidikan guru penggerak bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara.

“Bahwa pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan dalam konteks peradaban, bukan pakaian atau makanan, tetapi lebih besar, yaitu peradaban,” tukas Imron.

“Karena itu, Bapak Pendidikan kita pernah menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Artinya, kebudayaan apa atau peradaban apa yang kita cita-citakan. Kita tanam benihnya, kita rawat benihnya dan tumbuhkan, sehingga nantinya akan mencapai tujuan,” sambungnya.

“Ketika program pendidikan guru penggerak ini muncul, saya tidak ingin, hanya guru yang menjadi hidup, tetapi ini waktunya anak didik yang menjadi hebat, karena pekerjaan rumah (PR) terbesar kita adalah bagaimana kita kedepan menciptakan bibit unggul untuk generasi muda,” pungkasnya. (DISKOMINFO)